scrol kebawah untuk membaca
BeritaEditorial

Demo Usai Kenaikan Pajak : Benturan Fiskal dan Demokrasi

×

Demo Usai Kenaikan Pajak : Benturan Fiskal dan Demokrasi

Sebarkan artikel ini
Demo Usai Kenaikan Pajak
Pajak

EX-POSE.NET  : Latest-Trusted-Objective | Berita Terkini - Terbaru - Terpercaya

JAKARTA, 22 Agustus 2025- Demo Usai Kenaikan Pajak, Gelombang protes merebak di berbagai daerah pasca-kenaikan PBB-P2 (Pajak Bumi & Bangunan) sebesar 250 % di Pati dan lonjakan tinggi di Bone, Cirebon, Jombang. Aksi warga memaksa kebijakan ditunda, mendorong Kementerian Dalam Negeri meminta evaluasi komprehensif agar kebijakan tak membebani rakyat.

Pati dan Bone: Demonstrasi Memuncak Usai Kenaikan Pajak Ekstrem

Di Pati, pengumuman kenaikan PBB-P2 sebesar 250 % menimbulkan kemarahan luas. Ribuan warga turun ke jalan sejak 13 Agustus, menuntut pembatalan kebijakan. Massa membawa air minum dan tas bantuan, menandakan kesiapan protes besar-besaran. Meski Gubernur Sudewo sempat membela, akhirnya ia mencabut kebijakan, meminta maaf, dan menjanjikan refund bagi mereka yang telah membayar.

Bone, yang merencanakan kenaikan PBB-P2 hingga 65 %, juga menangguhkan kebijakan setelah wacana tindakan massa. Ini menunjukkan bahwa desakan rakyat dapat menghentikan kebijakan tanpa legitimasi publik.

Angka Pajak Melonjak: Bukti Masalah Fiskal Lokal

Warga melaporkan tagihan pajak PBB-P2 melonjak luar biasa: dari Rp 179.000 menjadi Rp 1,3 juta per tahun di Pati, sebelum akhirnya direvisi menjadi Rp 600.000.

Lebih ekstrem, Cirebon disebut naik hingga 1.000 %, dan Jombang naik drastis, meski ada bantahan pihak daerah bahwa tidak semua kenaikan benar sebesar itu.

Respon Pemerintah: Evaluasi Kebijakan dan Peringatan Keras

Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengeluarkan edaran agar pejabat daerah mempertimbangkan kondisi ekonomi masyarakat sebelum memberlakukan kenaikan PBB-P2.

Lebih lanjut, Wakil Mendagri mendorong evaluasi dan kalkulasi ulang kebijakan pajak agar lebih adil dan manusiawi, menyorot 104 daerah yang menaikkan PBB-P2 dengan 20 daerah naik di atas 100 %.

Desentralisasi vs Legitimasi Fiskal

Walaupun desentralisasi memberikan otonomi fiskal kepada daerah, praktik semacam ini menumbuhkan kesan pemerintah daerah tak mendengar rakyat.
Pakar menilai kenaikan drastis dan mendadak merusak kepercayaan publik terhadap demokrasi daerah.

Simbol Demokrasi yang Terbakar: Ekonomi dan Politik Lokal Bersilang

Protes ini bukan hanya soal pajak, tapi tentang kewenangan daerah, representasi, dan keadilan fiskal. Demonstrasi di Pati menjadi medan uji demokrasi lokal: usulan tanpa dialog publik menuai pemberontakan kolektif.

 Langkah Apa yang Harus Dilakukan ?

1. Transparansi dan sosialisasi: Pajak seharusnya diawali dengan informasi lengkap dan diskusi publik.
2. Dilakukan bertahap: Hindari lonjakan tarif mendadak tanpa mitigasi sosial.
3. Lembaga pengawas lokal: Perlu sistem pengaduan dan audit lokal independen untuk mencegah penyalahgunaan fiskal.

Kesimpulan : Kita Sedang Menyaksikan Konflik Fiskal dan Demokrasi

Kisah protes PBB-P2 bukan soal pajak semata; ini tentang bagaimana negara merumuskan kebijakan bersama rakyat.

Ketika otonomi tanpa kontrol membawa rasa terzalimi, demokrasi lokal nyaris runtuh. Sebuah pelajaran penting: kebijakan fiskal harus tetap humanis agar tak memicu lonjakan amarah rakyat.

Editor : Falfiano


Sri Mulyani Pastikan Tidak Ada Pajak Baru Tahun 2026

Profil Lengkap Bimo Wijayanto, Dirjen Pajak Baru Pilihan Presiden Prabowo

Demo Besar di Pati: Ricuh, Pansus Pemakzulan Dibentuk

WBN-Fingerprint: ex-pose.net-2025
Artikel ini diterbitkan pertama kali di ex-pose.net

Tinggalkan Balasan

Translate »